Harakah.id – Ibarat buah simakalama. Kerajaan Arab Saudi dibangun berdasarkan doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’. Tetapi, hari ini doktrin tersebut menjadi alat delegitimasi. Al-Wala’ Wal-Bara’, fondasi sekaligus ancaman untuk Kerajaan Arab Saudi.
Dalam sejarah kerajaan Arab Saudi pertama hingga ketiga, peran ideologi Wahabi tak dapat dikesampingkan. Para ulama Wahabi memberikan dukungan melalui wacana keagamaan yang dikembangkan. Salah satu wacana keagamaan itu adalah konsep Al-Wala’ Wal-Bara’, doktrin kesetiaan dan anti-kesetiaan.
Al-Wala’ yang berarti cinta dan kesetiaan diberikan kepada Allah, rasul-Nya dan kaum beriman. Sedangkan Al-Bara’ yang berarti kebencian, penolakan, dan permusuhan ditujukan kepada kaum tidak beriman dan musuh agama.
Al-Wala’ Wal-Bara’ tidak hanya diterjemahkan secara etis, tetapi juga secara sosial dan politik. Dimana wacana keagamaan digunakan untuk mendukung pemerintah Arab Saudi dan menyerang musuh pemerintah.
Dalam sejarah, doktrin ini digunakan untuk melegitimasi posisi Emirat Najd selama abad 18 dan 19, lalu legitimasi untuk Kerajaan Arab Saudi pada abad 20. Tetapi, setidaknya pada akhir abad 20, dan awal abad 21, terjadi perubahan dimana muncul fenomena penggunaan doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ untuk mendeligitimasi Kerajaan Arab Saudi. Al-Wala’ Wal-Bara’ Fondasi Sekaligus Ancaman.
Mohamed bin Ali, peneliti di Nanyang Technological University, Singapura, memberi catatan penggunaan doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ yang dinamis ini.
Pertama, dari awal gerakan Wahhabi di abad kedelapan belas hingga saat ini, doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ telah digunakan oleh para ulama Wahabi untuk melawan kesyirikan dan bid’ah, dan praktik apa pun yang dianggap tidak Islami oleh Wahabi.
Kedua, ulama resmi Wahhabi Saudi di abad kedua puluh, tetap mempertahankan aspek sosial al-bara’, tidak pada aspek politiknya. Aspek sosial adalah dimensi yang berkaitan dengan hubungan pribadi antara Muslim dan non-Muslim yang diwujudkan dengan menumbuhkan kebencian dan menolak persahabatan dengan apa yang disebut kafir. Dimensi politik Al-Wala’ Wal-Bara’ hampir diabaikan dalam periode ini.
Hal ini dibuktikan dengan sikap para ulama Wahabi yang hampir seluruhnya bungkam menghadapi kebijakan pemerintah Arab Saudi mengembangkan kebijakan luar negeri yang kontroversial, seperti aliansi dengan Barat dan pembangunan pangkalan militer Amerika Serikat. Padahal, praktik ini bertentangan dengan doktrin al-wala’ yang melarang beraliansi dengan kaum kafir.
Pada abad 21 ini, Kerajaan Arab Saudi memiliki sejumlah kebijakan luar negeri yang bertentangan dengan doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ yang melarang kerja sama dan beraliansi dengan negara kafir. Pertama, aliansi dalam perang Teluk I, dimana pemerintah Arab Saudi mengundang ribuan tentara Amerika Serikat untuk mengamankan dari serangan Saddam Husain. Kedua, perang Afghanistan dimana Arab Saudi bekerjasama dengan Amerika Serikat melawan Uni Soviet.
Ketiga, muncul sekelompok ulama Saudi yang menentang penguasa Saudi beserta para ulama yang berada dalam kubu pemerintah, dalam persoalan kebijakan luar negeri yang dipandang memiliki unsur al-wala’ kepada Barat yang terlarang. Sejumlah ulama Wahabi mengutuk penguasa Saudi dengan dalih Al-Wala’ Wal-Bara’. Ini artinya, pada abad 21 ini, doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ telah digunakan mendelegitimasi eksistensi Kerajaan Arab Saudi, setelah sebelumnnya digunakan untuk membangun kerajaan. Al-Wala’ Wal-Bara’ telah menjadi ancaman bagi kerajaan.
Di antara sarjana agama berpaham Wahabi yang mengutuk kebijakan-kebijakan yang bertentangan dengan doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ adalah Juhaiman Al-Utaibi, Abu Muhammad Al-Maqdisi, Hamud bin Uqla Al-Syu’aibi, Nasir bin Hamad Al-Fahd, Sulaiman Al-Ulwan, Ali Al-Khudhair, dan Muhammad Al-Mas’ari. Puncaknya, kelompok yang mengkritik sikap pemerintah Arab Saudi ini pada akhirnya bersatu dalam barisan Salafi Haraki dan Salafi Jihadi. Sebagai lawan dari Salafi Rasmi/Ilmi.
Dengan demikian, doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ memiliki dua wajah yang saling bertolak-belakang. Pada masa awal, doktrin ini berfungsi mengkonsolidasi kekuataan Saudi-Wahabi. Tetapi, belakangan ketika Saudi mulai melunak, para eksponen Wahabi tidak dapat menerimanya dan menggunakan doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ menyerang negara yang mendukungnya. Al-Wala’ Wal-Bara’, fondasi sekligus ancaman untuk Kerajaan Arab Saudi.