Harakah.id – Syekh Bin Bayyah banyak menulis tentang wasatiyyah Islam. Salah satu keprihatinannnya adalah maraknya fenomena pengkafiran (takfir) kepada sesama Muslim. Ia melihat bahwa salah satu pemicunya adalah doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ yang dikembangkan sebagian kelompok Muslim.
Al-Wala’ Wal-Bara’ bukan saja sebuah doktrin yang bersifat teologis. Tetapi memiliki implikasi sosial yang luas. Setidaknya, dalam tiga dekade ketika doktrin ini menyebar ke dunia Islam, beberapa perang melibatkan narasi Al-Wala’ Wal-Bara’ sebagai argumen pembenaran perang.
Yang lebih disayangkan lagi, Al-Wala’ Wal-Bara’ diterapkan untuk menciptakan permusuhan kepada sesama umat Islam. Pertama, Al-Wal’ Wal-Bara’ menjadi alat mengakfirkan golongan lain. Lalu, karena sudah dinilai kafir, menurut logika para penggunannya, mereka yang dikafirkan harus dibunuh dan diperangi. Dengan kata lain, Al-Wala’ Wal-Bara’ menjadi pembenaran atas perang saudara. Ini sungguh fenomena berbahaya bagi eksistensi umat Islam dan Islam itu sendiri.
Persoalan ini telah mendorong keprihatinan dunia Islam. Seruan untuk menolak atau mereformasi doktrin yang berkembang luas dalam waktu belakangan ini semakin menguat. Salah satu yang menyeru adalah Syekh Abdullah bin Bayyah. Bernama lengkap Syekh Abdullah bin Syekh Mahfuzh bin Bayyah Al-Mauritani merupakan sarjana Muslim terkemuka di dunia Islam. Bermazhab Maliki, ia pernah menjadi menteri di negaranya Mauritania, ujung barat benua Afrika. Ia mengajar di Jeddah, Arab Saudi, selain terlibat dalam berbagai organisasi internasional yang berkaitan dengan hukum Islam dan moderatisme.
Syekh Bin Bayyah banyak menulis tentang wasatiyyah Islam. Salah satu keprihatinannnya adalah maraknya fenomena pengkafiran (takfir) kepada sesama Muslim. Ia melihat bahwa salah satu pemicunya adalah doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’ yang dikembangkan sebagian kelompok Muslim.
Dalam artikel berjudul Fitnatu Takfir Harbun Lil Ummah, ia menulis sebagai berikut:
لكن الذي يهمنا اليوم هو حرب أخرى تشنها طوائف من هذه الأمة على الأمة الإسلامية لتخريب بيوتها من الداخل ليست أقل ضراوة ولا أقل منطقية من تلك التي تأتي من وراء البحار، تارة تحت عنوان الاختلاف في المذهب، وتارة تحت عنوان الولاء والبراء والعلاقة مع الكفار إلى غير ذلك من العناوين التي لا تقيم وزناً للمصالح والمفاسد ومآلات الأفعال ولا تدرك خطورة التكفير في الشرع الحنيف.
Tetapi, persoalan yang membuat kami prihatin hari ini adalah perang lain yang disulut sebagian golongan umat Islam atas umat Islam lainnya, untuk menghancurkan rumahnya dari dalam. Perang ini tidak lebih sedikit kehancurannya. Tidak lebih sempit wilayahnya dibanding kawasan perang di seberang lautan. Terkadang, perang itu dibangun di atas perbedaan mazhab, terkadang dengan judul penegakan al-wala’ wal-bara’, tuduhan adanya hubungan dengan orang-orang kafir, dan judul-judul lain yang tak menggunakan neraca pertimbangan kemasalahatan-kerusakan, dampak tindakan, dan tidak peduli dengan bahaya pengkafiran dalam pandangan syariat yang luhur. (Syekh Abdullah bin Bayyah dalam Fitnatut Takfir Harbun Lil Ummah)
Dengan demikian, Syekh Bin Bayyah memahami bahwa salah satu sebab perang yang tak dapat diremehkan adalah budaya takfir yang dikembangkan sebagian kelompok Muslim. Budaya takfir itu muncul salah satunya karena doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’. Doktrin ini digunakan tanpa mempertimbangkan kemaslahatan-kerusakan yang timbul akibat penggunaan doktrin tersebut.
Demikian sedikit ulasan tentang pandangan Syekh bin Bayyah tentang bahaya pengkafiran dan doktrin Al-Wala’ Wal-Bara’. Semoga menambah wawasan.