Harakah.id – Kalimat “Ya Ayyuha” akan seringkali kita jumpai ketika kita membaca al-Quran. Mengapa “ayyuha” selalu dipakai dan apa tujuannya?
Di dalam Al-Qur’an, kita akan menemukan beberapa ayat yang diawali dengan kalimat يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ dan يَا أَيُّهَا النَّاسُ . Mengapa kalimat “ya Ayyuha” itu tidak langsung dibaca dengan يَا الَّذِيْنَ dan يَا النَّاسُ sebagaimana bacaan يَا اللّه yang tidak dibaca dengan يَا أَيُّهَا اللّه ?
Di dalam bahasa Arab, kita akan mempelajari tentang al-Munada; الـمُنَادَى. Al-Munada itu sendiri adalah kata yang dipanggil. Ia terletak setelah huruf atau adat nida; أَدَاةُ النِّدَاء yang merupakan alat atau kata yang digunakan untuk memanggil, yang di dalam bahasa Indonesia biasa kita terjemahkan dengan “wahai” atau “hai”.
Baca Juga: Belajar Bahasa Arab; Angka 6 Dalam Bahasa Arab Dikenal Dengan Dua Sebutan, “Sittatun” dan “Sadisun”. Apa Bedanya?
Perhatikan contoh berikut ini:
يَا رَجُل (wahai laki-laki)
يَا حَبِيْبَتِيْ (Hai kekasihku)
Apabila kita perhatikan dua contoh ini, maka akan kita dapati bahwa kata “يَا” adalah adat nida, yang digunakan sebagai kata untuk memanggil. Sedangkan kata “رَجُل” dan “حَبِيْبَتِيْ” adalah munada; kata yang dipanggil yang sama-sama terletak setelah adat nida berupa “يَا”.
Lalu, bagaimana dengan kalimat يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ dan يَا أَيُّهَا النَّاسُ di atas? Mengapa tidak dibaca dengan يَا الَّذِيْنَ dan يَا النَّاسُ?
Dalam pembahasan al-Munada, akan kita dapati beberapa pembahasan, salah satunya tentang ketentuan penggunaannya. Nah, di antara ketentuannya adalah apabila kata yang terdapat alif lam (ال) di dalamnya terletak setelah adat nida, maka keduanya harus dipisah dengan kata “أَيُّهَا” untuk kata/isim yang muzakkar dan kata “أَيَّتُهَا” untuk kata/isim yang muannats.
Perhatikan contoh berikut ini:
يَا أَيُّهَا التِّلْمِيْذ (wahai murid laki-laki)
يَا أَيَّتُهَا التِّلْمِيْذَة (wahai murid perempuan)
Apabila kita perhatikan, baik kata “التِّلْمِيْذ” dan “التِّلْمِيْذَة” keduanya merupakan kata yang terdapat alif lam di depannya. Oleh karena itu, ketika keduanya dimasuki adat nida berupa “يَا”, maka harus dipisah dengan “أَيُّهَا” untuk kata “التِّلْمِيْذ”, dan dengan “أَيَّتُهَا” untuk kata “التِّلْمِيْذَة”.
Baca Juga: Belajar Bahasa Arab; Mengapa Dalam Syi’ir Li Khamsatun, Ia Menggunakan “Khamsah” Bukan “Khamsun”
Selanjutnya, itulah mengapa pada kalimat يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ dan يآ أَيُّهَا النَّاسُ keduanya dipisah dengan kata “أَيُّهَا”, karena baik kata “الَّذِيْنَ” dan “النَّاسُ”, keduanya sama-sama terdapat alif lam di depannya.
Contoh-contoh kalimat lain yang bisa kita temukan di dalam ayat Al-Qur’an; يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ ….يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ….يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ…يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ…
Pertanyaan selanjutnya, mengapa bacaan يَا اللّه tidak dibaca dengan يَا أَيُّهَا اللّه ?
Jawabannya adalah khusus lafz al-Jalalah; لَفْظُ الْجَلَالَة yaitu “اللّه ” mendapat pengecualian. Hal ini dikarenakan pengucapan يَا اللّه sering digunakan dan menjadi “biasa” bagi para penuturnya, khususnya digunakan dalam berdoa dan berzikir.
Itulah penjelasan singkat mengenai kalimat “ya ayyuha” yang seringkali kita temui ketika membaca al-Quran.