Harakah.id – Islam sangat menganjurkan umatnya agar cerdas. Puluhan kali Al-Quran memuji dan mengajurkan manusia agar menggunakan akal fikirannya. Tetapi ada satu hadis yang menyebut bahwa kebanyakan penduduk surga adalah orang bodoh. Benarkah kebanyakan penduduk surga adalah orang bodoh?
Hadis memiliki kedudukan kedua setelah Al-Quran yang menjadi rujukan bagi umat Islam dan menjadi tuntunan dalam menjalani kehidupannya sebagai Muslim.
Namun terkadang, butuh pendalaman dalam memahami sebuah hadis. Banyak sekali contoh hadis yang sering diperbincangkan oleh umat Islam karena dinilai tidak masuk akal atau bertentangan dengan Al-Quran.
Salah satu hadis sering diperbincangkan ialah hadis mengenai kebanyakan penghuni surga adalah orang bodoh.
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibn Ali Al-Aili, telah memberitakan kepada kami Salamah Ibn Rauh dari Uqail Ibn Khalid, dari Ibn Syihab, dari Anas yang berkata, Rasulullah Saw bersabda : kebanyakan penghuni surga adalah orang bodoh (HR Al-Tahawi dalam Musykil al-Atsar, juz 6, hlm. 488).
Merujuk pada Mahmud Al-Tahan dengan salah satu metode takhrij hadis adalah menggunakan cara takhrij awal kalimat dalam matan hadis, kata aktsar ahl al-jannah al-bulhu terdapat dalam sembilan kitab, salah satunya Musykil al-Atsar, juz 6, hlm. 488.
Kemudian dalam sanad nya terdapat kritik para ulama terhadap para perawi “Orang bodoh masuk surga” HR Al-Tahawi dalam Musykil al-Atsar yaitu Muhammad Ibn Ali Al-Aili, Salamah Ibn Rauh, Uqail Ibn Khalid, Ibn Syihab, dan Anas Ibn Malik.
Untuk Muhammad Ibn Ali Al Aili, Yusuf Al- Mizzi dalam Tazhib Kamal fi Asma ar-Rijal menyebutkan bahwa Al-Nasa’i mengatakan hadis darinya la ba’sa bih. Kemudian menurut Abdurahman beliau itu orang yang shaduq dan yang lainnya mengatakan bahwa beliau bukanlah orang yang tsiqah dan sulaih.
Sedangkan Salamah menurut Abu Zur’ah dan yang lainnya dikatakan munkar al-hadis, kemudian Uqail Ibn Khalid menurut menurut Muhammad Ibn Saad, Tsiqah, selanjutnya Syihab menurut Ahmad bin Hambal ia da’if dan tsiqah menurut Abu Dawud. Sedangkan yang terakhir Anas Ibn Malik komentar para ulama mengatakan al-sahabah kulluhum udul.
Dari sini kita dapat melihat bahwa hadis orang bodoh masuk surga setelah dicek para perawinya dengan menggunakan prasyarat para ulama, hadis ini da’if sanadnya.
Selain itu, terdapat beberapa pendapat mengenai makna bulhu. Al-Khatib berkata bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda : kata bulhu adalah akalnya yang lemah, tidak cerdas dan pandai. Kemudian Sahl ibn Tasturi menjelaskan bahwa bulhu orang yang memalingkan hatinya dan menyibukanya dengan mengingat Allah.
Selaras dengan pendapat di atas, Abi Utsman Al-Darani juga menjelaskan bahwa bulhu adalah orang yang bodoh dalam hal dunia tetapi sangat faqih dalam urusan akhirat dan Al-Qurtubi juga menerangkan bahwa bulhu ialah bodoh dalam bermaksiat kepada Allah.
Kalau kita melihat hadis ini secara sepintas dan tekstual tentu kita akan memahami bahwa hadis ini sangat berbenturan dengan ajaran Islam dalam al-Quran yang menyebutkan bahwa mayoritas penghuni surga adalah orang yang memfungsikan akalnya atau ulul albab serta kata ini disebutkan sebanyak 16 kali.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. Ya Tuhan kami, sesungguhnya barang siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): ‘Berimanlah kalian kepada Tuhan kalian,’ maka kami pun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbuat bakti. Ya. Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantara-an rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.” (Qs Alu Imran: 190-194).
Dari surat Al Imran ayat 190-194 kita dapat melihat bahwa mayoritas penghuni surga adalah ulul albab.
Sementara Al-Gazali dalam kitabnya Ihya menggunakan hadis ini juga, dan ia berpendapat bahwa kata bulhu merupakan orang yang tidak menempatkan dunia namun perkara akhirat, ia sangat cerdas dan pintar.
Dari keseluruhan uraian, hadis ini da’if, jika dilihat dari sanadnya. Kemudian hadis ini jika dipahami secara tersurat maka akan terlihat berseberangan dengan Al-Qur’an. Namun jika kita melihatnya secara tersirat bisa jadi kata bulhu ini memiliki makna orang yang tidak menjadikan dunia sebagai orientasi hidup dan menempatkan Allah sebagai tujuan hidupnya.