Harakah.id – Huzaemah Tahido Yanggo wafat pada tanggal 23 Juli 2021 di Banten. Seketika, ucapan belasungkawa muncul bak air bah. Tak heran, beliau memang dikenal sebagai seorang tokoh perempuan dan pakar di bidangnya.
Huzaemah Tahido Yanggo bukanlah sekedar nama. Di berbagai kalangan dan lingkaran sosial, ia adalah simbol integritas, konsistensi dan persona yang banyak dirujuk kaum perempuan. Huzaemah Tahido Yanggo adalah sosok perempuan yang dikenal pakar di bidang fikih, khususnya perbandingan mazhab.
Perjalanan panjang sudah ditempuh Prof. Huzaemah. Berbagai profesi sudah beliau geluti. Dan sudah berbagai kampus ia datangi untuk mengajar. Prof Huzaemah bukanlah hanya seorang akademisi dan intelektual ulung, beliau juga dikenal sebagai aktivis dan sosok yang berada di balik kebijakan-kebijakan penting di negeri ini.
Prof Huzaemah Tahido Yanggo mendapatkan gelar doktornya di al-Azhar Mesir dengan predikat cumlaude. Satu torehan yang sangat memukau. Di samping karena al-Azhar masih didominasi oleh pelajar pria, tak banyak juga perempuan Indonesia yang punya nyali untuk duduk di kampus tertua di dunia itu, apalagi di jenjang doktoral. Tak hanya lulus, Prof Huzaemah juga mendapatkan predikat cumlade.
Sebelum meraih gelar guru besarnya di tahun 1997, Prof Huzaemah memang sudah dikenal aktif mengajar di berbagai perguruan tinggi dan aktif sebagai anggota Majelis Ulama Indonesia. Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Indonesia, Universitas Islam al-Khairat dan Institite Ilmu al-Quran adalah beberapa kampus yang sempat disambangi Prof Huzaemah. Di kampus terakhir, Prof Huzaemah didapuk sebagai rektor pada tahun 2014.
Jumat pagi, 23 Juli 2021, sosok luar biasa itu meninggal dunia setelah berjibaku melawan virus Covid-19. Namun demikian, ulama perempuan yang sampai detik ini masih duduk di dewan fatwa MUI, rektor IIQ dan dosen di berbagai kampus itu, sejatinya masih hidup. Ia hidup dalam benak murid-muridnya, berdiam dan mewujud insprasi yang tak akan pernah lekang oleh waktu.
Selamat jalan, Prof.