Harakah.id – Syukur adalah sifat seorang mukmin. Jika mendapat nikmat atau kesenangan, tentunya seorang mukmin harus bersyukur kepada yang memberi nikmat. Apa itu syukur menurut al-Quran?
Bersyukur menurut al-Qur’an. Syukur adalah sifat seorang mukmin. Jika mendapat nikmat atau kesenangan, tentunya seorang mukmin harus bersyukur kepada yang memberi nikmat. Kata syukur tentu tidak asing lagi bagi telinga kita, karena kata syukur sudah sangat melekat pada setiap aktifitas dan jalan hidup seorang hamba. Pada kesempatan kali ini, penulis akan menela’ah lebih dalam tentang makna kosa kata syukur dalam al-Qur’an.
Kata syukur dalam al-Qur’an terdapat 75 kali tersebar pada 69 ayat dan 37 surat, kemudian terbagi ke dalam 18 bentuk (derivasi). Kata syukur merupakan bentuk mashdar dari kata شُكْرًا – وَشُكُوْرًا شَكَرَ – يَشْكُر ُ- kemudian berasal dari huruf syin (ش), kaf (ك), dan ra’ (ر). Secara bahasa, kata syukur memiliki makna sebagai bentuk pernyataan terima kasih dan memuji. Menurut Toshihiko Izutsu dalam bukunya Relasi Tuhan dan Manusia mengatakan, kata syukur adalah lawan kata dari kufur. Sedangkan dalam karya Mufradat Fi Gharib Al-Qur’an oleh Ragib al-Ashfahani mengatakan, syukur adalah menggambarkan nikmat dan menampakannya.
Jika mengutip perkataan dari Ibnu Qayyim al-Jauziyah, kata syukur secara istilah yakni terjuwudnya pengaruh dari nikmat Allah di lisan hamba berupa pujian dan pengakuan. Kemudian di hatinya berupa persaksian dan rasa cinta, dan di anggota badannya berupa ketundukan dan ketaatan. Dalam al-Qur’an, terdapat beberapa ayat yang menunjukkan klasifikasi tentang makna syukur. Makna bersyukur menurut al-Qur’an di antaranya yaitu:
Pertama, kata syukur digandengkan dengan istilah-istilah atau kata dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan sebab-sebab manusia harus bersyukur kepada Allah.
Contoh terdapat ayat al-Qur’an kata syukur digandengkan dengan kata rezeki, sebagaimana Allah dalam firman-Nya “…..Maka mintalah rezeki dari Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nya kamu dikembalikan.” (Q.S Al-Ankabut [29]: 17).
Ayat diatas menunjukkan bahwa rezeki atau kenikmatan-kenikmatan yang lain menjadikan sebab manusia itu harus bersyukur. Allah telah memberi karunia nikmat yang tak terhingga jumlahnya, akan tetapi, amat sedikit manusia yang mau bersyukur.
Kedua, kata syukur digandengkan dengan istilah-istilah atau kata dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan cara bersyukur kepada Allah SWT. Contohnya terdapat ayat al-Qur’an kata syukur digandengkan dengan berbuat baik kepada orang tua, yaitu pada lafadz اشْكُرْ .
Allah berfirman “…..Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (Q.S Luqman [31]: 14). Ayat tersebut menunjukkan salah satu cara manusia bersyukur, yaitu bersyukur dengan amal perbuatan atau berbuat kebaikan.
Ketiga, kata syukur digandengkan dengan istilah-istilah atau kata dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan balasan bagi orang-orang yang bersyukur, yaitu pada lafadz الشَّكِرِيْنَ sebagaimana dalam firman-Nya “…dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (Q.S Ali-Imran [3]: 145).
Ayat di atas merupakan penegasan dari Allah kepada makhluknya, bahwa Allah benar-benar akan memberi balasan kepada siapa saja yang mau bersyukur. Tentunya balasan tersebut diberikan oleh Allah dalam bentuk apapun dan bermacam-macam. Baik itu di dunia, maupun di akhirat.
Keempat, kata syukur digandengkan dengan istilah-istilah atau kata dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan balasan bagi orang-orang yang tidak bersyukur. Contohnya yaitu kata syukur disandingkan dengan azab yang sangat berat atau pedih, sebagai balasan bagi orang-orang yang tidak mau bersyukur.
Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.” (Q.S Ibrahim [14]: 7).
Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi dalam karyanya tafsir Al-Aisar mengatakan, Allah telah berjanji untuk memberikan tambahan nikmat bagi siapa saja yang bersyukur, sedangkan kufur nikmat adalah sebab utama hilangnya nikmat dan adanya azab dari Allah yang sangat pedih .
Dari sekian makna bersyukur menurut al-Qur’an seperti contoh di atas, tentunya masih banyak lagi yang bisa ditela’ah tentang kata syukur dalam al-Qur’an. Kita sebagai hamba yang tidak pernah lepas dari nikmat Tuhan, seharusnya lebih banyak lagi dalam hal bersyukur, karena sudah ditegaskan oleh Allah dalam firman-firman-Nya yaitu al-Qur’an. Allah SWT sudah memperingati dan menegaskan dalam al-Qur’an tentang bagaimana cara-cara kita bersyukur, serta bagaimana juga balasan-balasan bagi orang yang bersyukur maupun orang yang tidak bersyukur. Dengan tulisan ini penulis berharap semoga kita termasuk golongan hamba yang bersyukur. Aminn.
Artikel kiriman dari Rahman Fauzi, Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.