Harakah.id – Gus Dur berpandangan bahwa kejayaan Islam terdapat pada kesanggupannya untuk berkembang secara kultural. Sebab ini Gus Dur lebih memberi penghargaan terhadap upaya kulturalisasi dibandingkan usaha ideologisasi.
Perbincangan yang sangat rumit di dalam keberagaman ialah persoalan mengenai penafsiran. Akan berakibat fatal jika dalam ranah ini terjadi kesalahan, karena dapat menimbulkan destruksi keseutuhan nilai-nilai yang terdapat di dalam agama yang luhur ini.
Beberapa peristiwa yang telah terjadi seperti bom bunuh diri dan terorisme menjadi salah satu kejadian yang dilatar belakangi oleh kesalahan dalam menafsirkan agama. Maka dengan ini untuk membedah pemikiran Gus Dur yang memiliki nama lengkap KH. Abdurrahman Wahid adalah hal terpenting untuk membawa kita kepada pemahaman agama dengan lebih luas.
Buku Gus Dur berjudul Islam Ku, Islam-Anda dan Islam-Kita, ialah buku yang isinya arikel-artikel karya Gus Dur. Sebagai sebuah potret pemikiran Gus Dur tentang pemaknaan dan pemahman agama (Islam) dalam konteks pluralitas masyarakat. Serta di dalam karya tersebut Gus Dur juga menuangkan pemikirannya mengenai Islam dalam kaitanya terhadap isu-isu modern. Contohnya mengenai demokrasi pluralisme, sosialisme, HAM, kapitalisme, globalisasi dan nasionalisme. Maka dengan itu, setidaknya pemikiran Gus Dur didalam buku tersebut dapat memeberikan pencerahan serta kontribusi atau bahkan kritik ditengah pergolakan berbagai persoalan keagamaan yang sering terjadi di Indonesia.
Konsep Islam Ku, Islam-Anda, dan Islam-Kita
Dalam tulisannya Gus dur membagi pemikirannya menjadi tiga garis besar keber-Islaman yang pantas untuk kita beri penghargaan dengan sungguh-sungguh serta mendalam, utamanya terhadap menciptakan Islam yang damai.
Islam Ku kerangka pertama yang menjelaskan keber-Islaman berdasar kepada pengalaman pribadi perseorangan. Suatu bentuk pengalaman pengetahuan keber-Islam-an seserorang untuk diketahuai oleh orang lain namun tidak untuk di paksakan atau bahkan disamakan kepada orang lain. Karena jika hal tersebut terjadi, akan menyebabkan timbulnya dislokasi terhadap orang lain hingga akhirnya bisa menghapus keelokan dari pendapatnya sendiri.
Selanjutnya adalah Islam-Anda, merupakan penjelasan mengenai keber-Islaman berdasar kepada keyakinan. Bagi Gus Dur kedua hal tersebut lebih kepada apresiasi serta refleksi sesorang terhadap ritual keagamaan ataupun tradisionalisme yang telah hidup ditengah-tengah masyarakat (Wahid, 2006:14).
Gus Dur memeberikan penghargaan terhadap tradisi serta kepercayaan keagamaan sebagai sebuah kebenaran yang diikuti kelompok msyarakat Islam tertentu yang harus dihargai. Yang dimaksud Gus Dur sebagai sebuah kebenaran tersebut bukanlah berawal dari pengalaman akan tetapi dari keyakinan. Harus dapat kita akui bahwasanya setiap kelompok organisme memang memiliki keyakinan tersendiri terhadap bebrapa hal tertentu.
Contohnya seperti pendapat lingkaran orang NU mungkin berbeda dengan pendapat lingkaran orang Muhammadiyah dan juga bisa kebalikannya. Akan tetapi perbedaan yang telah ada ini hendaknya tidak menjadi alasan ataupun dasar untuk saling menebarkan kekerasan diantara satu komunitas dengan komunitas lainnya. Sehingga sudah seharusnya keyakinan suatu komunitas harus dihargai serta dihormati dengan sepenuh hati.
Kemudian yaitu Islam-Kita, adalah keber-Islaman yang memiliki cita cita mngusung terhadap kepentingan bersama kaum muslimin. Yakni sebgai sebuah keprihatinan sesorang kepada masa depan Islam yang berlandaskan pada kepentingan bersama. Visi dari Islam Kita berkaitan dengan konsep intregatif yang mencakup Islam Ku dan Islam-Anda serta berkaitan dengan kaum muslimin secara keseluruhan.
Gus Dur menyadari bahwa ada kesulitan untuk merusmuskan Islam-Kita, ini disebabkan pengalaman yang menjadikan Islam Ku sering berbeda terhadap kepercayaan yang membentuk Islam-Anda. Selain itu persoalan yang sangat mendasar ialah pembentukan Islam kita ada kecondongan sementara oleh komunitas dengan maksud untuk memaksakan konsep Islam-Kita menurut pendapat mereka sendiri. Atau dapat dikatakan mereka hendak memaksakan kebenaran Islam menurut tafsiran mereka sendiri.
Hal seperti ini adalah bentuk monopoli tafsir kebenaran Islam, yang bagi Gus dur sangat bertolak belakang dengan semangat demokrasi (Kholiq, 2009:59). Sehingga Gus dur menawarkan jalan keluar bahwa sangat penting merajut antara keberislaman berdasar kepada pengalaman serta keyakinan dengan tujuan mendirikan pemahaman keagamaan dengan berorintasi terhadap keadilan sosial dan juga perdamaian.
Hal terpenting yang dapat kita simpulkan dari pemikiran Gus Dur ini ialah mengenai penolakannya pada ideologisasi, syariatisasi serta formalisasi Islam (Wahid, 2006:15). Gus Dur berpandangan bahwa kejayaan Islam terdapat pada kesanggupannya untuk berkembang secara kultural. Sebab ini Gus Dur lebih memberi penghargaan terhadap upaya kulturalisasi dibandingkan usaha ideologisasi. Dari pandangan tersebutlah Gus Dur menjadi tergugah untuk melantangkan bahwa sebegitu pentingnya pribumisasi Islam di Indonesia.
Pribumisasi Islam Gus Dur
Pribumisasi Islam bukanlah suatu usaha melepaskan norma demi budaya, namun supaya norma norma tersebut menerima berbagai kebutuhan dari budaya dengan menggunakan peluang yang disediakan oleh variasi pemahaman nass serta tetap memberikan peranan terhadap qawaid al fiqh serta ushul al fiqh (INCReS, 2000:44) Pengertian sederhana dari gagasan Pribumisasi Islam Gus Dur ialah bagaimana Islam sebagai sebuah ajaran normative yang berasal dari Tuhan dan kemudian diakomodasikan kedalam kebudayaan yang asalnya dari manusia tidak dengan mengehilangkan identitas masing masing.
Dari sini dapat kita lihat bahwasanya pemikiran Gus Dur yang terdapat dalam karyanya Islam Ku, Islam-Anda, dan Islam-Kita mrupakan bentuk konsep pemikiran Gus Dur mengenai pribumisasi Islam, pemikiran yang dapat membawa kita kepada pemahaman Islam yang berbasis perdamaian.
Sebagaimana yang selalu “disenandungkan” Gus Dur, keberagaman yang penuh kedamaian bukan kekerasan. Dan juga salah satu bentuk harapan dengan tujuan mengakhiri kekerasan yang harusnya selalu digaungkan setiap saat. Selain itu konsep peibumsasi islam ala gus dur ini bertujuan untuk menjadikan Islam sebagai nilai-nilai yang hidup ditengah-tengah masyarakat dan tidak menjadi suatu hal yang asing bagi kehidupan masyarakat. Dengan ini kaum muslimin dituntut agar dapat bijaksana dalam memformulasikan ajaran ajaran Islam yang sesuai dengan bangsa Indonesia.
Artikel kiriman dari Zun Uswatun Khasanah, Mahasiswi Prodi AFI (Aqidah Filsafat Islam) UINSA Surabaya