Harakah.id – Tak peduli apa agamanya. Manusia memiliki kemuliaan karena statusnya sebagai manusia. Islam sangat menghormati kemuliaan insani ini. Bahkan ketika telah wafat pun, Islam memberi tuntunan agar jenazah manusia tetap dihormati. Tanpa membeda-bedakan agamanya.
Islam Mengajarkan Agar Kita Menghormati yang Berbeda Agama. Tak peduli apa agamanya. Manusia memiliki kemuliaan karena statusnya sebagai manusia. Islam sangat menghormati kemuliaan insani ini. Bahkan ketika telah wafat pun, Islam memberi tuntunan agar jenazah manusia tetap dihormati. Tanpa membeda-bedakan agamanya.
Ada cerita. Cerita ini disebutkan dalam kitab Shahih Muslim. Sebuah kitab hadis yang kandungan informasinya yang sangat bisa dipercaya karena melalui penelitian yang sangat detail. Imam Muslim meriwayatkan bahwa ada dua orang sahabat Nabi SAW. Keduanya adalah Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’d.
Suatu ketika sahabat Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’d berada di Kota Qadisiah, Irak. Keduanya bertemu dengan jenazah yang dibawa ke pemakaman. Keduanya berdiri memberi hormat. Ada yang mengatakan, bahwa jenazah tersebut adalah penduduk lokal. Mereka termasuk ahlu dzimmah, penduduk yang beragama Non-Islam yang dijamin keamanannya.
Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’d mengatakan bahwa memberi penghormatan semacam itu tidak masalah dalam agama. Karena, Rasulullah SAW memang mengajarkan agar kita senantiasa menghormati manusia sekalipun telah wafat. Tanpa memandang latar belakang agamanya.
Mereka menceritakan bahwa suatu ketika, Rasulullah SAW bertemu dengan rombongan yang membawa jenazah. Lalu Rasulullah SAW berdiri sebagai bentuk rasa hormat. Di samping Rasulullah SAW ada yang mengatakan,
إنَّهَا جِنَازَةُ يَهُودِيٍّ،
“Jenazah yang ditandu itu adalah jenazah seorang lelaki beragama Yahudi”
Lalu Rasulullah SAW berkata,
أَليسَتْ نَفْسًا
“Apakah dia bukan seorang manusia?”
Pertanyaan itu merupakan penegasan dari Rasulullah SAW. Bahwa sekalipun beragama Yahudi, lelaki itu adalah seorang manusia juga. Ia adalah ciptaan Allah SWT. Dengan menghormatinya, kita menghormati Tuhan yang menciptakannya. Dalam jasad yang telah wafat itu, dahulunya terdapat roh yang diciptakan Tuhan sebagai sumber kehidupan. Saat ini, sumber kehidupan itu telah kembali kepada Penciptanya. Menghormati jenazah yang terbujur kaku itu, adalah menghormati manusia. Makhluk ciptaan Allah SWT.
Ada yang mengatakan,
وهذا القيامُ تعظيمٌ لخالقِ هذه النَّفْسِ وقابضِها
Berdiri semacam ini adalah bentuk penghormatan kepada Tuhan pencipta dan pencabut jiwa manusia.
Ada pula yang mengatakan,
إنَّ احترامَ الرُّوحِ الإنسانيَّةِ التي أَودَع اللهُ فيها سِرَّ الحياةِ هو تعظيمٌ لخالقِها سُبحانَه وتعالَى
Sejatinya, menghormati ruh manusia yang dijadikan oleh Allah SWT sebagai sumber kehidupan adalah menghormati Penciptanya SWT.
Menghormati manusia, bahkan yang telah wafat, adalah amalan para sahabat. Selain Sahl bin Hunaif dan Qais bin Sa’d, ada juga sahabat lain yang diriwayatkan mengamalkan hal ini. Ia adalah Uqbah bin Amr Al-Anshari.
Jika yang sudah wafat saja dihormati sedemikian rupa, bagaimana dengan manusia yang masih hidup? Hendaknya kita juga menghormati manusia tanpa membeda-bedakan agama dan keyakinannya. Tanpa membedakan jenis kelaminnya. Lelaki atau perempuan. Sejatinya, semua adalah ciptaan Allah SWT.
Jika tidak sanggup menghormati orang lain karena statusnya sebagai manusia, hormatilah orang lain karena ia adalah makhluk Allah SWT.
Demikian ulasan singkat “Islam Mengajarkan Agar Kita Menghormati yang Berbeda Agama Sekalipun Telah Menjadi Jenazah, Mengapa?” Semoga ulasan singkat ini bermanfaat bagi kita, semakin menambah kecintaan kita kepada Islam. Agama yang mengajarkan sikap saling menghormati antar sesama manusia.