Harakah.id – Kiai Afifuddin Muhajir hari ini resmi dikukuhkan oleh Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang sebagai Doctor Honoris Causa di bidang Fikih dan Ushul Fikih. Kepakaran dan kontribusi beliau dalam kancah keilmuan Ushul Fikih memang tidak perlu diragukan.
Mahfudh MD, dalam sebuah kesempatan, pernah menyebutkan dua orang Kiai yang menurut beliau punya gaya tulisan yang sederhana, kosmopolit namun mendalam; KH. Zuhri Zaini dan KH. Afifuddin Muhajir. Keduanya adalah Kiai Pesantren yang sehari-hari menghabiskan waktunya lebih banyak untuk mengampu pengajian kitab kuning. Kiai Zuhri adalah Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid Probolinggo, sedangkan Kiai Afif adalah salah satu pengasuh Pondok Pesantren Sukorejo Situbondo.
Hari ini, Kiai Afifuddin Muhajir resmi dikukuhkan oleh Universitas Islam Negeri Walisongo sebagai Doctor Honoris Causa di Bidang Fikih dan Ushul Fikih. Suatu pengakuan akademik yang setidaknya membuktikan bahwa keilmuan orang Pesantren tidak kalah haibat dibanding keilmuan akademik sebagaimana layaknya seorang akademisi perguruan tinggi.
Kalau kita mengukur dan menimbang dari aspek postur dan perawakan, tampaknya akan banyak orang tertipu dengan Kiai Afifuddin Muhajir. Penampilannya sederhana, gaya bicaranya santai dengan tempo uraian kata per kata yang juga cukup panjang. Kiai Afif bukan tipe Kiai orator yang meledak-ledak ketika menjelaskan sesuatu. Sebaliknya, Kiai Afif adalah Kiai Sorogan. Ketika menjelaskan suatu permasalahan, kalimat yang beliau pakai tidak terlalu panjang. Pun demikian dengan diksi dan tata bahasa, yang tampaknya rapi mengikuti aturan bahasa baku tulisan.
Terlepas dari postur, perawakan dan pembawaannya, Kiai Afif memang cemerlang. Hampir semua Kiai mengakui kealiman Kiai Afif. Logika berpikir dan wawasan Ushul Fikihnya cukup sering membuat orang terpukau. Kalau orang pada umumnya terpukau karena sesuatu yang luar biasa dan njlimet, Kiai Afif adalah tipikal sosok yang memukau dengan segala kesederhanaannya.
Kiai Afif tidak hanya terampil dalam mengelaborasi sudut pandang dan paradigma, khususnya terkait putusan hukum sebuah permasalahan. Lagi-lagi, dalam kepiawaiannya menyederhanakan sesuatu, Kiai Afif mengubah isu yang awalnya lekat dengan kesan rumit dan problematis, menjadi isu yang menyenangkan dan mudah untuk dipahami. Radikalisme, Isu ketatanegaraan, fikih politik dan Islam Nusantara, adalah beberapa isu yang mudah sekali dipahami ketika mendapatkan sentuhan uraian Kiai Afif.
Dalam konteks tipikal otoritas keilmuan Jawa, Kiai Afif adalah empu. Dengan tatapan yang menawan dan gaya berbicara yang santai, sepuhannya selalu menjadi “sesuatu”. Maka tidak heran, di forum-forum Bahsul Masail, Kiai Afif selalu difungsikan sebagai allenatore. Kapan bola harus dioper, kapan tempo harus direset dan kapan serangan cepat harus dilakukan; itulah tugas Kiai Afif.
Ala kulli hal, saya pribadi mengucapkan selamat dan ta’dzim kepada Kiai Afif atas pengukuhan Doctor Honoris Causa yang beliau terima hari ini. Tabik, Kiai…