Harakah.id – Gus Muwafiq termasuk sosok yang fenomenal. Selain dikenal karena rambut gondrongnya, beliau juga dikenal karena kepiawaiannya menyampaikan dakwah dan kepakarannya pada sejarah.
Gus Muwafiq asli Lamongan, Jawa Timur. Menurut beberapa sumber, pendidikan pertamanya beliau dapatkan dari sang ayah yang merupakan santri Kiai Faqih Langitan Tuban. Beliau konon juga sempat nyantri di Pondok Pesantren Lirboyo Jawa Timur, salah satu pesantren salaf tertua di Indonesia. Beliau dikabarkan juga pernah mondok dan menimba ilmu di Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo.
Selain menimba di pesantren-pesantren di Jawa Timur, Gus Muwafiq dikenal sering berkelana belajar kepada para Kiai. Beliau misalnya, mendapatkan sanad Kitab al-Hikam karya Ibn Athaillah as-Sakandari dari seorang Kiai di Gresik yang merupakan murid langsung dari Kiai Masduqi Lasem.
Selain dikenal sebagai seorang santri dan seorang kiai, Gus Muwafiq juga dikenal sebagai seorang aktivis ulung. Semenjak menuntaskan perkuliahan di Yogyakarta, beliau bergerak dan mengabdikan dirinya di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia). Menurut pengakuan beberapa juniornya, “Kang Muwafiq” – begitu para junior memanggilnya – adalah guru sekaligus ideolog bagi hampir seluruh kader PMII di Yogyakarta.
Gus Muwafiq juga dikenal karena kedekatannya dengan KH. Abdurrahman Wahid. Atau bisa dikatakan, beliau adalah murid langsung Kiai Abdurrahman Wahid. Ketika masih muda, beliuau seringkali menemani Gus Dur di setiap kesempatan yang ada. Kedekatan Sang Kiai Berambut Gondrong dengan Gus Dur terus berlangsung kala Gus Dur menjadi presiden.
Ceramah-ceramah Gus Muwafiq selalu khas. Selain karena rambutnya yang dibiarkan gondrong, beliau adalah tipikal kiai kampung yang mampu menjelaskan hal rumit dengan bahasa yang sangat mudah dan bisa dipahami masyarakat awam. Beliau juga dikenal sebagai seorang kiai yang lucu dan punya rasa humor yang tinggi. Pemahamannya akan sejarah dan silsilah menjadi kekuatannya tersendiri kala beliau menjelaskan sejarah sebuah tempat, tokoh, sebentuk tradisi dan lain-lain.
Kepakaran dan kualitas Kiai Berambut Gondrong ini diakui sendiri oleh Habib Lufti bin Yahya. Dalam sebuah kesempatan, Habib Lutfi pernah menyematkan sebutan “Mutiara NU” kepada Kiai berambut gondrong dan berwajah teduh tersebut.