Harakah.id – Salah satu dari sekian banyak kitab ilmu tafsir yang patut diapresiasi adalah kitab yang dikarang oleh salah seorang ulama asal Cianjur.
Pada Senin (21/11/2022) gempabumi dengan 5,6 magnitudo mengguncang Kabupaten Cianjur dan sekitarnya.
Berdasarkan data BNPB hingga Rabu (30/11/2022) menginformasikan korban meninggal sebanyak 328 jiwa dan 12 lainnya yang masih dinyatakan hilang dan masuk Daftar Pencarian (DP).
Puluhan ribu rumah rusak dan ratusan ribu orang harus mengungsi yang tersebar di 451 titik, dengan rincian 351 di pos pengungsian terpusat dan sisanya mandiri.
Baca Juga: Biografi Imam An-Nasa’i, Pengarang Salah Satu Kitab dari Kutubussitah yang Hafal Ratusan Ribu Hadis
Kita semua berharap, Cianjur segera pulih. Mari doakan serta salurkan bantuan untuk saudara-saudara kita dianjur, semoga diberi kekuatan dan ketabahan dalam menghadapi musibah ini.
Berbicara tentang Cianjur,wilayah ini terkenal memiliki nama-nama ulama besar. Sebut saja KH. Muhammad Al-Maghfur yang wafat 25 April 1993, KH Shoheh bin KH Nuruddin yang hidup pada abad 19 M, Syekh Ahmad Syantibi atau yang dikenal dengan sebutan Mama Gentur dan masih banyak lagi.
Dalam khazanah Islam, ulama asal Cianjur juga tak kalah produktif.
Salah satu dari sekian banyak kitab ilmu tafsir yang patut diapresiasi adalah kitab yang dikarang oleh salah seorang ulama asal Cianjur.
Nama kitabnya adalah المفتاح على تحرير أصول التفسير (al-Miftah ‘ala Tahrir Ushul al-Tafsir)
Kitab tersebut ditulis oleh Miftah Ibn Ma’mun al-Syianjury, seorang ulama asal Cianjur.
Kitab ini merupakan sajian materi ulumul quran yang sangat ringkas kurang dari 20 halaman.
Secara garis besar penulis hanya memuat empat bagian mulai dari masalah yang berkaitan dengan turunnya Alquran, masalah berkaitan dengan sanad dari ayat Alquran, masalah berkain dengan lafaz dan masalah berkaitan dengan makna, ditutup dengan pembahasan sekilas tentang tafsir.
Materi pembahasan hanya memuat poin paling pentingnya saja seperti definisi, klasifikasi dan contohnya saja.
Beberapa materi malah terkesan sangat ringkas, misalnya pembahasan tentang ayat layly dan nahary hanya berisi penjelasan bahwa layly adalah ayat yang turun pada malam hari, sedangkan nahary adalah ayat yang turun pada siang hari. Kebanyakan ayat Alquran turun pada siang hari.
Sajian materi yang teramat singkat barangkali dapat menjadikan kitab ini seperti pengenalan materi untuk orang yang benar-benar baru pertama kali mempelajari Ulumul Quraan. Atau dengan kata lain dapat juga dikatakan bahwa kitab ini tak ubahnya seperti merangkum keseluruhan materi ulumul Quran agar selesai dibaca sekali duduk.
Miftah Ibn Ma’mun al-Syianjury sendiri juga memiliki karya tulis dengan format serupa dalam bidang ilmu hadis dan ilmu nahwu. Artinya beliau memang memiliki keahlian dalam merangkum materi sebuah cabang keilmuan.[]