Harakah.id – Selain kandungan isinya yang penting, surat terpendek ini juga memiliki bentuk yang luar biasa jika dilihat dari segi bahasanya. Dan hal inilah yang akan dibahas pada tulisan kali ini.
Di dalam al-Quran terdapat berbagai macam surat, mulai dari surat terpendek, sedang, hingga terpanjang. Salah satu contoh surat terpendek dalam al-Quran adalah surat al-Kautsar. Surat yang terdapat dalam juz 30 ini hanya terdiri dari tiga ayat, bahkan setiap ayatnya pun hanya terdiri dari kurang lebih 5 sampai lima kalimat saja. Hal ini terbilang cukup pendek bahkan bisa dibilang terpendek jika dibandingkan dengan surat-surat lain di dalam al-Quran.
Namun jangan salah, walaupun surat al-Kautsar ini tergolong dalam surat yang terpendek, tetapi di dalamnya memuat isi kandungan yang cukup penting. Salah satunya adalah adanya hukum anjuran menunaikan kurban. Sebagaimana yang kita ketahui bersama, setiap hari raya Idul Adha setiap umat muslim dianjurkan untuk menunaikan ibadah kurban. Yaitu menyembelih hewan yang nantinya akan dibagikan kepada masyarakat. Dan amaliyah kurban ini bukan amaliyah yang remeh, sebab di dalamnya mengandung unsur kemanusian yang mencerminkan hablum minallah sekaligus hablum minannas.
Selain kandungan isinya yang penting, surat terpendek ini juga memiliki bentuk yang luar biasa jika dilihat dari segi bahasanya. Dan hal inilah yang akan dibahas pada tulisan kali ini, yaitu mengupas bentuk keindahan dan kelebihan bahasa yang terdapat dalam surat al-Kautsar.
Di dalam ilmu ma’ani, secara garis besar panjang pendeknya sebuah kalam dapat terbagi menjadi 3. Ithnab (kalam yang cenderung berbentuk panjang tetapi memiliki makna yang pendek), musawa (panjangnya maupun pendeknya kalam selaras dengan isi kandungannya), dan ijaz (bentuk kalamnya pendek tapi memiliki kandungan makna yang sangat panjang). Jika dilihat dari pembagian tadi, sudah sangat jelas apabila surat al-Kautsar ini tergolong dalam kategori ijaz, sebab sudah sangat maklum apabila surat ini adalah surat yang terpendek, namun isi kandungannya sangatlah luas dan banyak.
Kemudian apabila kita melihat ayat pertama di dalam surat ini, maka kita akan menemui kata inna a’thoina. Sekilas mungkin terlihat biasa, tetapi jika melihatnya dengan kaca mata bahasa. Kata tadi menyimpan rahasia dan keindahan yang sangat luar biasa. Kok bisa? Jadi begini, pertama kata tadi di awali dengan amil nawasikh inna (amil yang dapat merusak susunan mubtada khobar dan memiliki makna taukid/penekanan). Yang artinya Allah sungguh-sungguh dan tidak main-main dalam memberikan kenikmatan. Apalagi dalam hal ini Allah menggunakan kata Kami, yang mana memberikan isyarat keluasan dan kebesaran anugerah yang Dia berikan.
Selanjutnya, jika diperhatian dalam kata al-kautsar. Kata ini mengandung alif lam, yang mana di dalam ilmu nahwu menandakan bahwa kata tersebut berbentuk isim makrifat. Tetapi dalam konteksnya surat ini, penambahan alif lam dalam kata kautsar tidak hanya bertujuan itu saja, ada rahasia dan tujuan lain dalam penambahan alif lam pada kata ini. Yaitu untuk menguatkan bahwa anugerah ini benar-benar khusus dan hanya diberikan kepada Nabi Muhammad.
Pada ayat selanjutnya, yaitu yang berbunyi fasholli lirabbika wanhar. Yang mana di sana terdapat fa jawab yang diartikan maka, seakan-akan sebelumnya mengandung syarat yang apabila di bahasa Indonesia diartikan sebagai jika. Namun dalam ayat ini syaratnya dibuang, yang apabila dikira-kirakan; jika kamu sudah mengetahui hal tadi (bahwa Allah telah memberikan anugerah begitu besar) maka dirikanlah sholat dan tunaikanlah kurban. Selain itu, ada yang berpendapat dalam ayat ini ada yang dibuang, yang asalnya wanhar lirobbika. Tetapi kata lirabbika di sini dibuang guna menjaga keselarasan sajak di setiap akhir masing-masing ayat, yang semuanya diakhiri dengan huruf ra’.
Dan pada ayat terakhir, yang berbunyi inna syaniaka huwal abtar. Lagi-lagi ditemukan amil nawasikh inna, yang tujuannya seperti yang sudah dijelaskan di atas, yaitu menguatkan dan meneguhkan maknanya. Selanjutnya di sana juga terdapat kata abtar,dan makna abtar ini adalah sesuatu yang sangat negatif. Seakan-akan terdapat thibaq (perlawanan kata)anatara abtar yang bermakna terputusnya kebaikan dan sangat negatif, dengan kata kautsar yang bermakna anugerah yang melimpah dan sangat positif. Dan dengan adanya bentuk thibaq tentu menambah keindahan dan memberikan sensai makna yang mendalam bagi setiap pembacanya. Wallahu a’lam.