Harakah.id – Syekh Usamah Al-Sayyid mengkritik istilah al-firqah an-najiyyah, al-wala’ wal-bara’ serta kecenderungan senang membentur-benturkan antar kelompok sampai kebrutalan yang timbul akibat aksi kelompok ekstrem.
Istilah al-wala’ wal-bara’ juga muncul di kalangan kelompok ekstremis Mesir. Mesir memiliki sejarah panjang melawan ekstremisme berbaju agama. Salah satu yang menjadi ancaman bagi (penguasa) Mesir adalah jaringan Ikhwanul Muslimin. Pecahan jaringan Ikhwanul Muslimin telah membentuk sayap yang lebih radikal dan militant, serta tak segan menggunakan kekerasan dalam memperjuangkan cita-citanya.
Benturan antara pemerintah Mesir dengan jaringan Ikhwan telah melahirkan pemikiran ekstrem; yang bahkan sampai memecah-belah umat Islam di Mesir. Hal ini karena, sempalan kelompok Islam mengembangkan pemikiran yang mengarah kepada pengkafiran kelompok umat Islam lain. Kelompok dengan ide-ide takfiri ini bukan saja berupaya menyebarkan pemikirannya, tetapi juga melakukan aksi yang mengancam keselamatan masyarakat dengan aksi terornya.
Para ulama Al-Azhar merespon dengan mengajak masyarakat agar senantiasa menolak pemikiran ekstremis dengan tetap mempertahankan sikap moderat dalam beragama. Hal ini karena sejatinya, masyarakat Muslim Mesir pada umumnya adalah masyarakat Ahlus Sunnah Wal Jamaah, pengikut salah satu mazhab empat yang terkenal, dimana pada umumnya berhaluan moderat.
Islam bermazhab inilah yang akan menjaga persatuan umat Islam di Mesir. Hal ini karena, umat Islam pengikut mazhab berfikiran moderat, tidak mudah mengkafirkan, senang persatuan, dan karenanya menghargai kedamaian dan kasih sayang.
Berbeda dengan para ekstremis, mutatharrifun, yang gemar mengkafirkan sesama umat Islam. Merasa dirinya adalah satu-satunya kelompok yang selamat (al-firqah an-najiyyah), membuat-buat doktrin yang tak ada dasarnya dalam agama yang benar dan cenderung mengekseklusi diri dari masyarakat luas, membangun kesetiaan ekstrem pada kelompoknya sendiri, serta senang bermusuhan dengan kelompok lain.
Para ulama Al-Azhar mengkritik kecenderungan ekstremis tersebut. Salah satu yang lantang menyuarang kritik terhadap pemahaman keagamaan kaum ekstremis di Mesir adalah Dr. Usamah Al-Sayyid Al-Azhari. Beliau adalah ulama muda Mesir yang memiliki kepedulian atas kondisi keagamaan masyarakat Mesir.
Dr. Usamah Al-Sayyid Al-Azhari, salah satu ulama Al-Azhar berkata,
ثم انهم عزلوا انفسهم عن امة الوسطية والرحمة فظهر بذلك مصطلح الفرقة الناجية كما اخترعوا الولاء والبراء وحتمية الصدام بحيث يتحول الانسان من متطرف الى قاتل سافك للدماء.
“Mereka (para ekstremis) menjauhkan diri dari umat wasatiyah dan rahmah, lalu karena itu muncul istilah “Firqah Najiyah”, sebagaimana mereka membuat-buat istilah “Al-Wala’ Wal-Bara’”, serta keharusan menciptakan benturan dengan cara mengubah seorang ekstremis menjadi pembunuh yang haus darah.”
Syekh Usamah Al-Sayyid mengkritik istilah al-firqah an-najiyyah, al-wala’ wal-bara’ serta kecenderungan senang membentur-benturkan antar kelompok sampai kebrutalan yang timbul akibat aksi kelompok ekstrem. Beliau menyebutnya, mereka keluar dari ajaran agama yang mendahulukan moderatisme dan cinta kasih menuju kelompok yang ekseklusif, merasa paling benar dan gemar menumpahkan darah. Mereka membuat istilah-istilah yang seakan islami, tetapi sebenarnya menyimpan pembenaran atas nafsu membenci dan membunuh.
Demikian ulasan singkat tentang respon ulama Mesir terhadap pertumbuhan kelompok ekstremis yang gemar mengkafirkan. Melalui slogan al-firqah an-najiyyah, al-wala’ wal-bara’ dan lainnya, kaum ekstremis tumbuh mengancam kehidupan masyarakat yang harmonis.