Harakah.id – Sejarah memilukan pernah terjadi, dimana sebagian umat Islam tidak mau mengucapkan sholawat kepada keluarga Nabi, pada waktu yang bersamaan mereka masih mengucapkan sholawat kepada Nabi SAW.
Ada era dimana Umat Islam Takut Bershalawat. Membaca solawat kepada keluarga Nabi sama halnya dengan membaca solawat kepada Nabi sendiri. Karena, bersholawat kepada keluarga Nabi SAW dikaitkan dengan sholawat kepada Beliau, sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، قَالَ: أَتَانَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِي مَجْلِسِ سَعْدِ بْنِ عُبَادَةَ، فَقَالَ لَهُ بَشِيرُ بْنُ سَعْدٍ: أَمَرَنَا اللهُ تَعَالَى أَنْ نُصَلِّيَ عَلَيْكَ يَا رَسُولَ اللهِ، فَكَيْفَ نُصَلِّي عَلَيْكَ؟ قَالَ: فَسَكَتَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، حَتَّى تَمَنَّيْنَا أَنَّهُ لَمْ يَسْأَلْهُ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «قُولُوا اللهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ فِي الْعَالَمِينَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، وَالسَّلَامُ كَمَا قَدْ عَلِمْتُمْ» (رواه مسلم)
Dari Abi Mas’ud Al-Anshari, ia berkata: kami datang kepada rasulullah S.A.W dan kami satu majlis dengan Sa;id bin Ubadah, lalu Basyir bin Sa’id bertanya pada Nabi, Ya Rsulullah, bagaimana kami membaca solawat kepadamu? Lalu Nabi terdiam tidak merespon sehigga kami mengira bahwa Basyir bin Said tidak bertanya kepada Beliau. Namun, kemudia Beliau bersabda, katakanlah oleh kalian, “Allahumma Solli ‘Ala Muhammad wa Ala Ali Muhammad Kama Sollaita ‘Ala Ibrahim wa ‘Ala Ali Ibrahim wa Barik Ala Muhammad wa ‘Ala Ali Muhammad Kama barakta Ala Ibrahim wa ‘Ala Ali Ibrahim fil ‘Alamina Hamidun Majid”. Sementara salam sebagaimana yang telah kalian ketahui”. [H.R. Muslim]
Namun, sejarah memilukan pernah terjadi, dimana sebagian umat Islam tidak mau mengucapkan sholawat kepada keluarga Nabi, pada waktu yang bersamaan mereka masih mengucapkan sholawat kepada Nabi SAW. Padahal, mereka tahu tentang anjuran untuk mengucapkan sholawat kepada Ahlul Bait. Habib Ahmad bin Muhammad bin Umar Al-Syathiri mengatakan dalam kitabnya, SyarahYaqutu An-Nafis, bahwa tradisi tidak membaca sholawat kepada keluarga Nabi adalah salah satu kenagan pahit dari masa lalu.
Hal ini, sudah terjadi dari generasi-generasi sebelumnya, yaitu semenjak zaman Bani Umayyah saat memegang tampuk kekuasaan pemerintahan Islam. Saat itu, di bawah kekuasaan Bani Umayyah, umat Islam ketakutan untuk menyebut-menyebut anggota keluarga Nabi, apa lagi membaca solawat yang dicurahkan kepada para Ahlul Bait. Bahkan kebanyakan Ulama-ulama yang mengarang beberapa karya pada masa itu, mereka tidak mengikut sertakan Ahlul Bait, saat menuliskan sholawat untuk Nabi SAW.
Bukan mereka tidak suka membaca solawat kepada keluarga Nabi, namun keadaan politik yang tidak stabil, kondisi sosial yang carut-marut, perselisihan dan perpecahan yang terjadi diantara kubu keluarga besar Muawiyah dan Sayyidina Husain cucu Nabi telah memaksa umat islam untuk tidak membaca sholawat pada Ahlul Bait. Umat Islam ketakuan membaca sholawat kepada Ahlul Bait. Sebab mendapat tekanan, ancaman bahkan siksaan yang luar biasa dari sang penguasa, yaitu pihak Muawiyah sebagai musuh politiknya Ahlul Bait (waktu itu).
Kondisi ini, berlangsung lumayan lama sehingga generasi-generasi selanjutnya yang tidak menyaksikan sejarah serta tidak mengetahui asal-muasalnya, menyangka bahwa tidak menyebutkan sholawat kepada keluarga Nabi merupakan bagian tradisinya. Ironisnya, mereka tahu tentang anjuran mengucapkan sholawat pada keluarga Nabi dari hadis-hadis yang berhasil diriwayatkan dalam kondisi sosial dan politik sedang tidak stabil. Alhamdulilah setelah masa-masa mencekam itu berhasil dilewati oleh umat islam. Akhirnya, umat islam mendapat angin segar karena dapat membaca dan menyebut para Ahlul Bait dengan damai tanpa ancaman. Meski sejarah ini merupakan fakta yang mesti diingat sebagai potret kehidupan bahwa perpecahan, khususnya dalam politik dapat mencacatkan sejarah kehidupan.
Akhiran, kita yang mencintai Nabi mesti mencintai para Ahlul Bait karena di dalam diri para ahlul bait mengalir setetes darah Nabi. Seburuk apapun kelurga Nabi kita tak selayaknya membenci apa lagi mencelanya, tapi ingat mencintai bukan berarti mengikuti. Karena kita tidak boleh mengikuti siapapun jka hal itu tidak benar. Bahkan salah satu ekspresi cinta ialah mengingatkan ketika ada kekeliuruan bukan malah mencelanya, apa lagi diikuti. Oleh karena itulah, dalam mazhab ahli sunnah wal Jamaah diwajibkan untuk mencintai ahlul bait. Namun dalam soal hukum, wajib ikut kepada yang kridibel dan berinegritas serta memiliki kemampuan untuk berijtihad. Falyataammu.
Semoga cerita Umat Islam Takut Bershalawat untuk Ahlul Bait tidak terjadi kembali. Semoga zaman Umat Islam Takut Bershalawat untuk Ahlul Bait tak terulang.