Harakah.id – Seorang pemuda mati syahid setelah dibacakan Al-Quran surat at-Tahrim: 6. Bagaimana ceritanya?
Di Daerah Marwa, Bashrah hidup seorang ulama sufi yang sholeh taat beribadah, bernama Manshur bin Ammar. Ketaatan pada Allah SWT mendorongnya untuk menuaikan ibadah haji dan rela melakukan perjalanan panjang menuju Mekah. Jarak kota Mekah yang jauh dari Bashrah tidak membuatnya patah semangat, sehingga memutuskan istirahat di salah satu Kota Kufah sejenak menginap beberapa waktu lamanya.
Di tengah keasyikannya istirahat di suatu penginapan, Ia sempat berjalan-jalan sekitar kota menelusuri jalanan yang gelap. Saat berjalan itulah, terdengar sayup-sayup dari suatu rumah sedang berdoa dan munajat dengan suara penuh harap. Doanya terdengar cukup panjang dan lama.
“Ya Rabbi, demi Keagungan dan Kebesaran-Mu, sungguh aku berbuat maksiat itu bukanlah kumaksudkan untuk menentang-Mu, dan bukan juga karena kebodohanku(akan hukum-hukum syariat-Mu), tetapi semua itu terjadi karena kesalahanku, karena kelengahanku, karena terlalu mengandalkan Kemurahan-Mu akan menolong keadaanku. Ya Rabbi, betapa bodohnya aku telah berbuat maksiat ini, tetapi terimalah hujjahku( pengakuan dan alasannku), karena jika tidak, kesedihan yang panjang akan selalu menyiksaku!!
Doanya yang panjang penuh khusu’ membuat Ibnu Ammar tertegun, terharu. Sampai-sampai Ia tetap menunggu beberapa saat lamanya lanjutan doa-doa dari orang tersebut. Di tunggu terus suara doa-doa indah dari rumah itu cukup lama, tetapi suaranya sudah tidak terdengar lagi lanjutan munajat.
Setelah sudah tidak ada suara munajat dari orang itu, Ibnu Ammar tergerak hatinya membaca salah satu ayat Al-Quran surat At-Tahrim ayat ke-6 dengan suara keras sekiranya bisa didengar oleh orang munajat tersebut. “Yaa ayyuhalladziina aamanuu quu’anfusakum wa ahliikum naaron, wa quuduhannaasu wal hijaaratu, ‘alaihaa malaa-ikatun ghilaazhun syidaadun laa ya’shuunallaaha maa amarahum wa yaf’aluuna maa yu’maruun..!” Artinya,” Wahai orang-orang beriman, periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya, manusia dan batu, penjaganya , adalah malaikat-malaikat yang keras, kasar, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintakan( Allah kepada mereka)
Entah bagaimana ceritanya bacaan ayat At- Tahrim oleh Ibnu Ammar tersebut mampu memberi pengaruh dalam hati lelaki itu, membuka pintu hatinya. Tidak lama setelah usai membaca ayat itu terdengar suara jeritan keras serta seruan yang menggetarkan. Tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi sesungguhnya pada orang tersebut setelah Ammar membaca Surat At-Tahrim, karena sesaat Ammar membaca surat itu hanya terdengar jeritan keras. Tidak lama kemudian sudah tidak terdengar suara apapun membuatnya pergi dan kembali ke penginapan.
Betapa kagetnya Ammar, karena keesokan harinya kala Ammar kembali melewati rumah tersebut. Terdengar kembali suara ratap tangis bukan seperti sebelum, tetapi suara wanita di dalamnya. Pemandangan di sekitar rumah berbeda dari biasanya, terlihat banyak orang melayat, bertakziah menandakan ada orang yang meninggal dunia.
Di tengah rasa duka yang mendalam wanita sempat bercerita bahwa “Sesungguhnya putraku ini sedang shalat tahajud(qiyamul lail) tadi malam. Usai shalat tahajud secara tiba-tiba terdengar seseorang di luar rumah melantunkan ayat tentang ancaman neraka kepada anaku. Mendengar ayat tersebut anaku terkejut luar biasa dan akhirnya meninggal dunia. Semoga Allah tidak memberikan pahala kepada orang yang melantunkan ayat tersebut!!”
Wanita itu tidak mengetahui kalau orang yang melantunkan ayat ancaman itu sedang berada di luar mendengarkan semua pembicaraan. Ibnu Ammar tidak menyangka surat At-Tahrim yang dibacanya semalam membuat orang terkejut akhirnya meninggal dunia. Hal inilah, membuatnya Ibnu Ammar terkejut dan menyesal melakukan tindakan tanpa dipikirkan dahulu. Ia segera pulang menangis penuh penyesalan dan bertaubat mengakui kesalahannya yang dengan lancang membaca ayat hingga orang lain meninggal dunia.
Pada malam harinya, Ibnu Ammar tidur dalam tidurnya itu, Ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda. Tidak mengetahui awal mulanya merasa mengenal pemuda itu yang meninggal dunia semalam, akibat lantunan surat At-Tahrim ayat 6. Mungkin terlalu memikirkannya peristiwa tadi malam tentang surat At-Tahrim. Dalam mimpinya tersebut mengenalnya, padahal tidak pernah bertemu sebelumnya.
Seolah ada bisikan ghaib yang memberi tahu hal itu kepadanya membuat Ia bertanya kepada pemuda itu, “Bagaimana Allah memperlakukan dirimu!!” Pemuda tersebut menjawab, “Allah menganggapku sebagai syuhada’ (mati syahid), sebagaimana para syuhada’ di Perang Badar!!”
Mendengar jawabannya membuat Ammar takjub sambil menatap penuh keheranan, selanjutnya Ammar berkata,”Bagaimana bisa begitu??” Pemuda itu dengan tenang menjawab pertanyaan dari Ammar,” Para syuhada Perang Badar ditebas dengan pedang-pedang orang kafir hingga tewas, sedangkan aku tewas ditebas oleh pedang Allah SWT, Yang Maha Pengampun!!” Jawaban pemuda dalam mimpi tersebut membuatnya terbangun dari mimpinya. Ia tidak lagi sedih, justru bahagia, karena telah menjadi jalan bagi pemuda itu memperoleh derajad syahid di sisi Allah SWT.
Demikian kisah seorang pemuda yang syahid di atas sajadah. Semoga kisah pemuda yang syahid di atas sajadah ini dapat dipahami hikmahnya.